St Alfonsus Maria
de Liguori: Pembaru Moral Imam
Tu scendi dalle stelle, O
Re del cielo E vieni in una grotta, Al freddo e al gelo. Ya Raja
Surgawi, Engkau turun dari bintang-bintang ke dalam sebuah gua yang dingin.
Penggalan syair lagu klasik ini selalu dinyanyikan pada
akhir Misa malam Natal di Basilika St Petrus, Vatikan. Lagu berjudul Tu
Scendi dalle Stelle ini ditulis Alfonsus de Liguori beberapa puluh tahun
sebelum Joseph Mohr menggubah lagu Stille Nacht (Malam Kudus) pada 1816.
Lagu Tu Scendi dalle Stelle lahir dari refleksi
mendalam Alfonsus tentang cinta dan belas kasih Allah kepada manusia. Allah
tidak tinggal diam menyaksikan penderitaan manusia. Ia datang ke dunia, turun
dari bintang-bintang untuk menjadi manusia, dan lahir di gua dingin di
Betlehem. Bahkan, Ia menderita, wafat di salib, dan menjadi penebus dosa
manusia.
Seorang musikus terkenal bernama Verdi mengatakan, “Tidak
akan pernah ada lagi Natal di Italia jika orang melupakan lagu Tu Scendi
dalle Stelle.”
Alfonsus tidak hanya menggubah lagu. Ia juga melukis dan
menulis sejumlah puisi. Tetapi, di atas semua itu, ia adalah seorang imam dan
uskup yang bekerja keras melayani kaum miskin di daerah-daerah terpencil di
Napoli.
Keluarga bangsawan
Sejak masa mudanya, ia sudah terlibat bersama para imam
Oratorian untuk merawat orang sakit dan melayani para tahanan yang akan dihukum
mati.
Alfonsus berasal dari keluarga bangsawan. Ia termasuk orang
cerdas, memiliki banyak bakat, dan sempat menjadi pengacara yang brilian.
Namur, setelah mendengar panggilan Tuhan dalam diri kaum miskin dan ketika
dikalahkan secara tidak adil dalam sebuah kasus pengadilan, Alfonsus memutuskan
untuk meninggalkan semua atribut kebangsawanannya. Tahun 1726, ia ditahbiskan
menjadi imam Praja.
Empat tahun kemudian, di Pegunungan Scala, ia membentuk
sebuah kelompok misionaris yang kini dikenal dengan nama Kongregasi
Redemptoris. Bersama kelompok ini, Alfonsus menjalankan misi umat di
perkampungan-perkampungan dan mewartakan Kabar Gembira kepada mereka yang
sederhana dan tak terjangkau oleh pelayanan pastoral pada masa itu.
Berulangkali ia berpesan kepada para pengkhotbah,
“Berkhotbahlah sedemikian, supaya semua orang dapat menangkapnya.” Baginya,
tidak ada penganiayaan dan bencana yang lebih menakutkan bagi umat daripada
memalsukan Sabda Allah. “Sebab, pengkhotbah yang memalsukannya adalah seorang
pengkhianat Allah.”
Sebagai uskup, Alfonsus berusaha keras memperbaiki kualitas
para imamnya. Pada masa itu, jumlah imam dan religius tidak sebanding dengan
jumlah umat. Banyak imam bermoral buruk, tidak berpendidikan, dan hampir tidak
pernah melayani umat.
Alfonsus setia pada keuskupannya. Meski sakit berat, ia
sering memaksa diri untuk memimpin dari tempat tidurnya. Pada saat terjadi
bencana sampar yang menewaskan ribuan orang, ia turun ke jalan-jalan untuk
melayani orang sakit, meminta bantuan kepada para bangsawan, menjual peralatan
dari emas dan perak di sakristinya untuk membeli makanan dan obat-obatan.
Alfonsus juga dikenal sebagai pelindung para bapa rohani
dan para teolog moral serta sebagai pujangga Gereja. Ia menghasilkan 111 karya,
yang sebagian besar telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 70 bahasa.
Karya–karya tersebut sangat khas karena merupakan kombinasi antara karya misi,
hidup doa pribadinya, dan konteks hidup beriman pada masa itu.
Bidang-bidang yang digelutinya adalah teologi moral, doa
dan devosi, spiritualitas, dan askese. Setiap karya Alfonsus merupakan buku
doa. Dalam buku-buku yang ditulisnya, ia menyertakan doa-doa konkret untuk
mengajak para pendengarnya berdoa dan menyadari pentingnya doa bagi keselamatan
manusia.
Ia mempunyai penghormatan khusus kepada Bunda Maria dan
menghabiskan waktu berjam-jam di hadapan Sakramen Mahakudus.
Ia mengembangkan teologi doa permohonan sebagai ringkasan
relasi antara Allah dan manusia dengan mengambil antropologi orang miskin.
Baginya, kondisi hidup orang miskin menggambarkan keterbatasan manusia di
hadapan Allah. Ia harus terus memohon tetapi juga berusaha menjaga relasi
cintanya dengan Allah.
Sampai hari terakhir hidupnya, Alfonsus yakin bahwa cinta
kasih Allah dalam Yesus Kristus sungguh nyata dan menyapa semua orang. Ia
memusatkan permenungan cinta itu pada palungan, salib, dan altar.
|
Paroki Nandan, salah satu Paroki yang berpelindungkan St. Alfonsus |
Di palungan Ia memberi diri menjadi santapan manusia, di
salib Ia menderita untuk menebus manusia, dan di altar Ia senantiasa hadir
serta tinggal bersama manusia di sepanjang zaman.
Musisi Reflektif
Alfonsus adalah seorang musisi. Salah satu lagunya yang
terkenal adalah Tu Scendi dalle Stelle. Lagu itu lahir dari refleksi
mendalamnya tentang cinta dan belas kasih Allah kepada manusia. Allah tidak
tinggal diam menyaksikan penderitaan manusia. Ia datang ke dunia, turun dari
bintang-bintang untuk menjadi manusia dan lahir di gua dingin di Betlehem.
Bahkan, Ia menderita, wafat di salib, dan menjadi penebus dosa umat manusia.
Dandy Bastian