Laman

Minggu, 26 Januari 2014

Natalan Bersama KMKS


Natalan Bersama KMKS

            “Perayaan ini hendaknya menjadi medium bagi kita untuk senantiasa menjalin relasi dan memperat persaudaraan” demikian dikatakan Rm. Kanisius M. Amahu, CSsR dalam perayaan Ekaristi Natalan bersama Keluarga Mahasiswa Katolik Sumba (KMKS), Sabtu, 25 Januari 2014. Perayaan Ekaristi yang mengusung tema “Selamat Datang Yesus” ini berlangsung di Sekretariat/Rumah Pertemuan KMKS Pringwulung, Yogyakarta.
            Dalam kotbahnya, Rm. Kanis mengajak mahasiswa/i dan undangan yang hadiri untuk senantiasa menyadari tugas dan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa yang harus tekun dan giat belajar. “Sebagai mahasiswa/i tugas kalian adalah belajar, dan kemudian kembali membangun Sumba” ajak Rm. Kanis. Beliau juga mengajak para mahasiswa untuk senantiasa menjaga nama baik daerah khusunya lagi nama baik KMKS, “Sebagai mahasiwa/i yang berasal dari luar Jawa, kita juga hendaknya menunjukkan bahwa kita merupakan sosok yang ramah, dan itu harus nampak dalam hidup harian kita” tandas Rm. Kanis.
            Dalam acara ini, pantia juga mengumumkan dan membagikan hadiah bagi para pemenang pertandingan bola voly menyongsong natal. Keluar sebagai juara satu adalah keluarga mahasiwa katolik rayon Babarsari.
Linus Ngaba, CSsR

Rabu, 15 Januari 2014

6 BEATO REDEMPTORIS (CSSR) ASAL SPANYOL

P. Julian Pozo y  Ruiz de Samaniego (1920 - 1936)
Br. Victor (Victoriano) Calvo Lozano (1896 - 1936)

P. Pedro Romero Espejo (1871 - 1938)

P. Miguel Goni Ariz (1902 -1936)

P. Ciriaco Olarte y Perez de Mendiguren (1893 - 1936)

P. Jose Javier Gorosterratzu Jaunarena (1877- 1936)

Jumat, 10 Januari 2014

ST CLEMENS MARIA HOFBAUER





St Clemens Maria Hofbauer: Pendiri Kedua Redemptoris
(Pelindung Kota Wina)

Clemens Maria Hofbauer membuat rekor dalam Kongregasi Redemptoris (CSsR), yakni menjalankan novisiat hanya lima bulan dan mengikrarkan kaul pertama sekaligus kaul kekal.

Ia lahir di Tasswitz Ceko, 26 Desember 1751 dari pasangan Paul Hofbauer dan Maria Hofbauer. Paul Hofbauer adalah peternak dan penjual daging sapi berkebangsaan Ceko. Sedangkan Maria Hofbauer berkebangsaan Jeman.

Sejak kecil, Clemens sudah memiliki keinginan menjadi imam. Sayangnya, ia tidak bisa melanjutkan pendidikannya karena keadaan keluarganya yang miskin. Ketika ia berusia tujuh tahun, ayahnya meninggal dunia. Sebagai anak sulung dalam keluarga, ia harus memikul beban membantu ibunya, membiayai hidup keluarganya.

Ketika usianya 16 tahun, ia belajar menjadi tukang roti membantu ibunya. Tiga tahun kemudian, ia menjadi tukang roti tanpa bantuan sang bunda. Beberapa tahun kemudian, ia menjadi seorang pertapa. Tetapi, pekerjaannya sebagai tukang roti tidak ditinggalkannya.

Tahun 1781, ketika ia telah mencapai usia 30 tahun, seorang dermawan membantunya untuk melanjutkan pendidikan teologi dan filsafat di sebuah universitas di Wina. Dalam ziarahnya ke Roma, tahun 1784, ia berjumpa dengan imam-imam Redemptoris. Kemudian, ia memutuskan untuk melamar menjadi salah satu anggota biarawan Redemptoris.

Ia diterima di novisiat Redemptoris di Roma, 24 Oktober 1784. Sebuah keunikan dan sejarah panggilan yang luar biasa darinya adalah ia menjalankan masa novisiat hanya dalam jangka waktu lima bulan karena tanggal 19 Maret 1785, ia mengikrarkan kaul pertama sekaligus kaul kekalnya. Hal itu sungguh luar biasa dan menjadi sebuah rekor dalam sejarah Redemptoris.

Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia dikirim ke Wina untuk mendirikan biara Redemptoris di sana. Namun, niat itu gagal karena waktu itu, ia berhadapan dengan Kaisar Yoseph II yang ingin mengatur kehidupan Gereja, termasuk para imam di bawah kekuasaannya.

Sebagai gantinya, ia dikirim ke Warsawa, Polandia, memimpin jemaat Katolik berbahasa Jerman.

Dari Warsawa, ia mengirim beberapa misionaris mendirikan biara Redemptoris di Jerman, Swiss, dan Polandia. Karena usahanya itu, ia dipandang sebagai pendiri kedua Redemptoris setelah St Alfonsus Maria de Liguori.

Tahun 1808, Napoleon I mengeluarkan Hukum Anti Klerus. Berdasarkan hukum itu, ia dipaksa meninggalkan Warsawa. Karena itu, ia kembali ke Wina. Di Wina, ia berkarya sebagai pastor pembantu untuk biara suster-suster Ursulin dan kemudian menjadi Kepala Gereja Biara yang mulai dibuka untuk umum.

Sejak itu, bersama teman-temannya ia menggiatkan kembali kehidupan menggereja di Wina dan berhasil mengajak banyak orang kembali ke pangkuan Gereja. Ia juga membantu orang sakit dan miskin di Wina sehingga ia dikenal di mana-mana, termasuk di lingkungan pemerintahan negara dan universitas-universitas di Wina.

Di akhir hidupnya, ia mewariskan iman Katolik di Wina dengan mendirikan sekolah Katolik dan biara Redemptoris di Wina. Ia juga berjuang untuk menggagalkan Gerakan Gereja Nasional di Wina, Austria. Akhirnya, 5 Maret 1820, Pastor Clemens menghembuskan napasnya yang terakhir dalam usia 69 tahun. Paus Leo XIII memberinya gelar Beato tahun 1888. Ia dikanonisasi tahun 1909 oleh Paus Pius X.

Pelindung Wina
Santo Clemens adalah teladan Gereja masa kini. Bahkan, Paus Pius VII (1800-1823), sahabatnya, mengatakan bahwa Clemens adalah seorang rasul tangguh, suci, dan penopang Gereja. Ia dicintai karena ia merupakan rohaniwan yang terlibat dalam kehidupan konkret jemaat. Tahun 1904, ia diangkat menjadi pelindung Kota Wina, Austria, dan rasul Gereja Wina. Dialah Fidelis Servus et Prudens, abdi yang setia dan bijaksana. Pesta St Clemens dirayakan setiap 15 Maret.

ST ALFONSUS MARIA DE LIGUORI





St Alfonsus Maria de Liguori: Pembaru Moral Imam
 

Tu scendi dalle stelle, O Re del cielo E vieni in una grotta, Al freddo e al gelo. Ya Raja Surgawi, Engkau turun dari bintang-bintang ke dalam sebuah gua yang dingin.

Penggalan syair lagu klasik ini selalu dinyanyikan pada akhir Misa malam Natal di Basilika St Petrus, Vatikan. Lagu berjudul Tu Scendi dalle Stelle ini ditulis Alfonsus de Liguori beberapa puluh tahun sebelum Joseph Mohr menggubah lagu Stille Nacht (Malam Kudus) pada 1816.

Lagu Tu Scendi dalle Stelle lahir dari refleksi mendalam Alfonsus tentang cinta dan belas kasih Allah kepada manusia. Allah tidak tinggal diam menyaksikan penderitaan manusia. Ia datang ke dunia, turun dari bintang-bintang untuk menjadi manusia, dan lahir di gua dingin di Betlehem. Bahkan, Ia menderita, wafat di salib, dan menjadi penebus dosa manusia.

Seorang musikus terkenal bernama Verdi mengatakan, “Tidak akan pernah ada lagi Natal di Italia jika orang melupakan lagu Tu Scendi dalle Stelle.”

Alfonsus tidak hanya menggubah lagu. Ia juga melukis dan menulis sejumlah puisi. Tetapi, di atas semua itu, ia adalah seorang imam dan uskup yang bekerja keras melayani kaum miskin di daerah-daerah terpencil di Napoli.

Keluarga bangsawan
Sejak masa mudanya, ia sudah terlibat bersama para imam Oratorian untuk merawat orang sakit dan melayani para tahanan yang akan dihukum mati.
Alfonsus berasal dari keluarga bangsawan. Ia termasuk orang cerdas, memiliki banyak bakat, dan sempat menjadi pengacara yang brilian. Namur, setelah mendengar panggilan Tuhan dalam diri kaum miskin dan ketika dikalahkan secara tidak adil dalam sebuah kasus pengadilan, Alfonsus memutuskan untuk meninggalkan semua atribut kebangsawanannya. Tahun 1726, ia ditahbiskan menjadi imam Praja.

Empat tahun kemudian, di Pegunungan Scala, ia membentuk sebuah kelompok misionaris yang kini dikenal dengan nama Kongregasi Redemptoris. Bersama kelompok ini, Alfonsus menjalankan misi umat di perkampungan-perkampungan dan mewartakan Kabar Gembira kepada mereka yang sederhana dan tak terjangkau oleh pelayanan pastoral pada masa itu.

Berulangkali ia berpesan kepada para pengkhotbah, “Berkhotbahlah sedemikian, supaya semua orang dapat menangkapnya.” Baginya, tidak ada penganiayaan dan bencana yang lebih menakutkan bagi umat daripada memalsukan Sabda Allah. “Sebab, pengkhotbah yang memalsukannya adalah seorang pengkhianat Allah.”

Sebagai uskup, Alfonsus berusaha keras memperbaiki kualitas para imamnya. Pada masa itu, jumlah imam dan religius tidak sebanding dengan jumlah umat. Banyak imam bermoral buruk, tidak berpendidikan, dan hampir tidak pernah melayani umat.

Alfonsus setia pada keuskupannya. Meski sakit berat, ia sering memaksa diri untuk memimpin dari tempat tidurnya. Pada saat terjadi bencana sampar yang menewaskan ribuan orang, ia turun ke jalan-jalan untuk melayani orang sakit, meminta bantuan kepada para bangsawan, menjual peralatan dari emas dan perak di sakristinya untuk membeli makanan dan obat-obatan.

Alfonsus juga dikenal sebagai pelindung para bapa rohani dan para teolog moral serta sebagai pujangga Gereja. Ia menghasilkan 111 karya, yang sebagian besar telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 70 bahasa. Karya–karya tersebut sangat khas karena merupakan kombinasi antara karya misi, hidup doa pribadinya, dan konteks hidup beriman pada masa itu.

Bidang-bidang yang digelutinya adalah teologi moral, doa dan devosi, spiritualitas, dan askese. Setiap karya Alfonsus merupakan buku doa. Dalam buku-buku yang ditulisnya, ia menyertakan doa-doa konkret untuk mengajak para pendengarnya berdoa dan menyadari pentingnya doa bagi keselamatan manusia.

Ia mempunyai penghormatan khusus kepada Bunda Maria dan menghabiskan waktu berjam-jam di hadapan Sakramen Mahakudus.

Ia mengembangkan teologi doa permohonan sebagai ringkasan relasi antara Allah dan manusia dengan mengambil antropologi orang miskin. Baginya, kondisi hidup orang miskin menggambarkan keterbatasan manusia di hadapan Allah. Ia harus terus memohon tetapi juga berusaha menjaga relasi cintanya dengan Allah.

Sampai hari terakhir hidupnya, Alfonsus yakin bahwa cinta kasih Allah dalam Yesus Kristus sungguh nyata dan menyapa semua orang. Ia memusatkan permenungan cinta itu pada palungan, salib, dan altar.
Paroki Nandan, salah satu Paroki yang berpelindungkan St. Alfonsus

Di palungan Ia memberi diri menjadi santapan manusia, di salib Ia menderita untuk menebus manusia, dan di altar Ia senantiasa hadir serta tinggal bersama manusia di sepanjang zaman.

Musisi Reflektif
Alfonsus adalah seorang musisi. Salah satu lagunya yang terkenal adalah Tu Scendi dalle Stelle. Lagu itu lahir dari refleksi mendalamnya tentang cinta dan belas kasih Allah kepada manusia. Allah tidak tinggal diam menyaksikan penderitaan manusia. Ia datang ke dunia, turun dari bintang-bintang untuk menjadi manusia dan lahir di gua dingin di Betlehem. Bahkan, Ia menderita, wafat di salib, dan menjadi penebus dosa umat manusia.

Dandy Bastian