BELAJAR DARI
MASA LALU
Orang bilang,
“Experience is the best teacher”. Ya, pengalaman adalah guru yang
terbaik, apa pun masa lalu kita, baik itu senang, sedih, gagal, berhasil dan
lain sebagainya, semuanya adalah vitamin yang sangat penting bagi perkembangan
seseorang. Dalam belajar dari pengalaman, kita tidak hanya dapat belajar dari
pengalaman kita sendiri, tetapi juga dari pengalaman orang lain, khususnya
mereka yang telah berjasa besar di bidangnya masing-masing, seperti para
pahlawan. Heroisme para pahlawan yang berjuang bagi kemerdekaan negeri ini dapat kita
simak lewat bacaan-bacaan atau literatur-literatur sejarah.
Banyak orang saat ini yang telah menempatkan kebiasaan membaca bukan lagi sekedar hobi, melainkan sudah menjadi sebuah kebutuhan primer yang senantiasa diprioritaskan. Hal yang sama kurang lebih saya alami, dengan
membaca, ada kepuasan tersendiri yang saya dapatkan. Untuk mendukung hobi saya,
waktu-waktu senggang di sela kesibukan dan rutinitas yang ada saya manfaatkan
untuk membaca. Dalam membaca saya merupakan pribadi yang tidak memilih-milih
bahan bacaan, semua bacaan, apa pun, itu sejauh bermanfaat bagi perkembangan
akan saya baca. Untuk menambah dan memperkaya wawasan dengan aneka bahan bacaan
lain, terkadang saya juga mencari bahan bacaan dari perpustakaan.
Beberapa hari
yang lalu saya membaca kumpulan majalah BASIS tahun 1979, tidak sengaja ketika
membuka majalah BASIS edisi April-1979-XXVIII-7, khususnya pada halaman daftar
isi di sana tertera salah satu nama yang tidak asing yakni nama Alm. Rm.
Hendrik Berybe, seorang imam CSsR asal Kabupatean Manggarai, Flores, NTT. Setelah
mengamati dengan cermat dan membuka halaman yang dimaksud ternyata saya
diarahkan pada dua buah puisi karya Hendrik Berybe.
Nah, berikut
ini adalah dua puisi karya almarhum yang saya dapatkan dari majalah tersebut, mungkin
masih banyak puisi-puisi lain yang belum dimuat atau belum dipublikasikan. Bagi
saya, dua puisi ini merupakan bukti bahwa beliau adalah seorang penulis yang
produktif, tulisannya tidak saja sejalan dengan bidangnya sebagai
seorang dosen, tetapi juga merambah bidang seni, seperti dunia tarik suara, di
bidang ini tidak sedikit lagu yang berhasil diciptakan oleh beliau. Salah satu
lagu yang masih saya ingat yakni mars API PADA DITA, sebuah lagu yang masih
digaungkan oleh laskar-laskar API PADA DITA hingga saat ini.
Kembali ke
soal seni, berikut ini adalah dua puisi beliau yang saya salin ulang,
harapannya semoga semangat beliau untuk berkarya dan merasul lewat tulisan bisa
membakar semangat kita juga untuk belajar dan belajar dalam berbagai hal, khususnya
juga di bidang tulis menulis. Seperti yang dikatakan
oleh Malala Yousfzai salah seorang pejuang pendidikan bagi anak-anak perempuan
dalam pidatonya di hadapan 500 anak muda di PBB "Mari mengangkat
buku dan pena kita. Mereka adalah senjata yang paling hebat. Satu anak, satu
guru, satu pena, satu buku dapat mengubah dunia. Pendidikan adalah satu
satunya. Pendidikan yang utama". Salam Perjuangan.........
SEPERTI
SEPI
Seperti sepi
Yang menggelegar dalam
kabut pagi
Menggiring hari-hari
yang manis
Dalam kepak-kepak
burung
Seperti sepi
Yang diam dalam
hingar-bingar
Sang waktu
Dengan sejumlah
ketermanguan
Hati kita
Seperti sepi
Yang menggelegar dalam
sunyi
Aneka suara malam sunyi
Seperti sepi
Yang menggelegar dalam
diam
Tetes-tetes embun yang
gelisah
Seperti sepi
Yang menggelegar dalam
sepinya
Sang Sepi
jiwa kita
(1997)
ADAKAH ENGKAU
Adakah
Engkau tetap
Sebuah
tanya
Yang
menunggu ku
di
tapal batas
duniaMu
yang semesta
dan
tetes bumiku
Dalam
getar-getar buana
Kilap
mataku bagai
Manik-manik
yang pucat
Di
pintuMu
Aku
mengadu
Sejarahku
(1977)