Laman

Senin, 24 Februari 2014

Sajak-sajak: Hendrik Berybe



  BELAJAR DARI MASA LALU

Orang bilang, “Experience is the best teacher”. Ya, pengalaman adalah guru yang terbaik, apa pun masa lalu kita, baik itu senang, sedih, gagal, berhasil dan lain sebagainya, semuanya adalah vitamin yang sangat penting bagi perkembangan seseorang. Dalam belajar dari pengalaman, kita tidak hanya dapat belajar dari pengalaman kita sendiri, tetapi juga dari pengalaman orang lain, khususnya mereka yang telah berjasa besar di bidangnya masing-masing, seperti para pahlawan. Heroisme para pahlawan yang berjuang bagi kemerdekaan negeri ini dapat kita simak lewat bacaan-bacaan atau literatur-literatur sejarah.

Banyak orang saat ini yang telah menempatkan kebiasaan membaca bukan lagi sekedar hobi, melainkan sudah menjadi sebuah kebutuhan primer yang senantiasa diprioritaskan. Hal yang sama kurang lebih saya alami, dengan membaca, ada kepuasan tersendiri yang  saya dapatkan. Untuk mendukung hobi saya, waktu-waktu senggang di sela kesibukan dan rutinitas yang ada saya manfaatkan untuk membaca. Dalam membaca saya merupakan pribadi yang tidak memilih-milih bahan bacaan, semua bacaan, apa pun, itu sejauh bermanfaat bagi perkembangan akan saya baca. Untuk menambah dan memperkaya wawasan dengan aneka bahan bacaan lain, terkadang saya juga mencari bahan bacaan dari perpustakaan.

Beberapa hari yang lalu saya membaca kumpulan majalah BASIS tahun 1979, tidak sengaja ketika membuka majalah BASIS edisi April-1979-XXVIII-7, khususnya pada halaman daftar isi di sana tertera salah satu nama yang tidak asing yakni nama Alm. Rm. Hendrik Berybe, seorang imam CSsR asal Kabupatean Manggarai, Flores, NTT. Setelah mengamati dengan cermat dan membuka halaman yang dimaksud ternyata saya diarahkan pada dua buah puisi karya Hendrik Berybe.

Nah, berikut ini adalah dua puisi karya almarhum yang saya dapatkan dari majalah tersebut, mungkin masih banyak puisi-puisi lain yang belum dimuat atau belum dipublikasikan. Bagi saya, dua puisi ini merupakan bukti bahwa beliau adalah seorang penulis yang produktif, tulisannya tidak saja sejalan dengan bidangnya sebagai seorang dosen, tetapi juga merambah bidang seni, seperti dunia tarik suara, di bidang ini tidak sedikit lagu yang berhasil diciptakan oleh beliau. Salah satu lagu yang masih saya ingat yakni mars API PADA DITA, sebuah lagu yang masih digaungkan oleh laskar-laskar API PADA DITA hingga saat ini.

Kembali ke soal seni, berikut ini adalah dua puisi beliau yang saya salin ulang, harapannya semoga semangat beliau untuk berkarya dan merasul lewat tulisan bisa membakar semangat kita juga untuk belajar dan belajar dalam berbagai hal, khususnya juga di bidang tulis menulis. Seperti yang dikatakan oleh Malala Yousfzai salah seorang pejuang pendidikan bagi anak-anak perempuan dalam pidatonya di hadapan 500 anak muda di PBB  "Mari mengangkat buku dan pena kita. Mereka adalah senjata yang paling hebat. Satu anak, satu guru, satu pena, satu buku dapat mengubah dunia. Pendidikan adalah satu satunya. Pendidikan yang utama". Salam Perjuangan.........




SEPERTI SEPI

Seperti sepi
Yang menggelegar dalam kabut pagi
Menggiring hari-hari yang manis
Dalam kepak-kepak burung

Seperti sepi
Yang diam dalam hingar-bingar
Sang waktu
Dengan sejumlah ketermanguan
Hati kita

Seperti sepi
Yang menggelegar dalam sunyi
Aneka suara malam sunyi
Seperti sepi
Yang menggelegar dalam diam
Tetes-tetes embun yang gelisah
Seperti sepi
Yang menggelegar dalam sepinya
Sang Sepi
jiwa kita
(1997)

ADAKAH ENGKAU

Adakah Engkau tetap
Sebuah tanya
Yang menunggu ku
di tapal batas
duniaMu yang semesta
dan tetes bumiku

Dalam getar-getar buana
Kilap mataku bagai
Manik-manik yang pucat

Di pintuMu
Aku mengadu
Sejarahku
(1977)

Sabtu, 22 Februari 2014

KEEP FIGHT..........



Hidup Senantiasa berjalan.............

Apapun yang terjadi, hidup harus senantiasa berjalan dan terus berjalan. Kemarin kita bersedih, tetapi yakinlah besok akan ada kebahagiaan yang selalu terpancar, kesedihan sehari cukuplah untuk sehari, kemarin boleh berdebu tetapi tidak dengan hari-hari esok dan selanjutnya, ada banyak mimpi dan cita-cita yang masih dapat kita rajut untuk  kita gapai dan raih dalam kebersamaan sebagai satu keluarga besar Kongregasi Redemptoris. Kristus Sang Penebus senantiasa menjadi inspirasi yang memberi berkat bagi perjalanan kita.

Terima kasih banyak atas dukungan yang kami dapatkan dari konfrater, khususnya dengan kehadiran Br. Jefrry dan P. Jacek  dari Italia di tengah-tengah kami dalam visitasi Dewan General CSsR. Kehadiran kalian menggelorakan  dan senantiasa menyadarkan kami akan tugas dan perutusan kami sebagai seorang Redemptoris. Semangat persaudaraan khas Redemptoris kami temukan dalam diri kalian. 

Seperti bunga yang senantiasa mekar berseri di tengah kepungan abuh vulkanik akibat letusan Gunung Kelud, seperti ayam yang senantiasa mencari dan mengais makanan, dan seperti patung St. Alfonsus yang tegak berdiri di tengah kepungan abuh, kita sebagai Redemptoris pun harus terus melangkah dalam semangat persaudaraan. Kebersamaan dan persaudaraan menjadi penopang yang senantiasa menyanggah tiap langkah kita. Seperti sebuah oase di padang, di mana peziarah memperoleh dan merengguk kesagaran, semangat persaudaraan yang kita temukan dan kita kembangkan dalam kehangatan komunitas menjadi inspirasi bagi pewartaan kita.


Wisma Sang Penebus

Paroki St. Alfonsus Nandan




Keep Smile

Mas Agung


Tegak berdiri.....
Jejak tak bertuan.....

Keep Fight

Kesepian....

Mekar Selalu....


Pr. Jacek, CSsR


Masa Depan Gereja

Tiga Serangkai...



Br. Jeffry, CSsR


Para Formator

Generasi beda usia....






Komunitas CSsR Wisma Sang Penebus Yogyakarta