Laman

Minggu, 25 Mei 2014

Renungan Senin 26 Juni, 2014




Pewarta Sejati

Bacaan pertama dari Kis mengisahkan perjuangan Paulus yang mewartakan kabar gembira kepada bangsa-bngsa lain, di situ kita mendengar kisah Paulus bersama Silas yang menyeberang dari Troas kemudian berlayar ke Samotrake, di mana pada keesokan harinya mereka tiba di Neapolis, kemudian mereka pergi ke Filipi, kota pertama dari Makedonia tempat perantauan orang Roma, selanjtnya dikatakan bahwa pada hari Sabat mereka keluar dan menemukan tempat sembayang orang Yahudi, di mana mereka juga kemudian bertemu dengan Lidia yang setelah mendengarkan Paulus berbicara memberi dirinya dibaptis.
Perjalanan dan perjuangan Paulus membawa orang kepada Kristus merupakan hasil dari pengalaman mereka mengalami Kristus yang bangkit. Kebangkitan Kristus semakin meneguhkan dan menguatkan  mereka, sehingga pewartaan mereka membuahkan pertobatan, kendati dalam pewartaan tersebut mereka menghadapi aneka perlawanan dan kesusahan serta tantangan yang tidak sedikit.
Menjadi pewarta adalah panggilan menjadi rekan sekerja Alllah. Pewartaan kita menjadi medan, di mana orang lain mengalami secara konkrit kasih dan kuasa Allah, dengan demikian kita telah membawa orang masuk ke dalamm perjumpaan dengan Allah yang berbelas kasih.  Seperti Paulus dan para Rasul yang lain, menjadi rekan sekerja Allah, berarti juga bahwa kita harus siap menderita karena ditolak dan dicibir orang akibat pewartaan kita. Dua point di atas, yakni menjadi rekan sekerja dan siap menderita demi itu seharsunya juga menjadi motivasi yang mendorong pewartaan kita. Dan ini seharusnya sudah kita sadari sejak awal keberadaan kita dalam konggregasi ini, yang mana kita siap ditus ke mana saja Gereja dan konggregasi membutuhkan kita.
Namun sangat  disayangkan, karena apa yang menjadi tujuan panggilan kita yakni menjadi rekan kerja Allah yang siap menerima pertutusan di mana Gereja dan konggregasi membutukan kita belum benar-benar tercapai atau belum benar-benar kita maknai. Dalam keseharian kita sebagai orang-orang yang terpanggil adakalanya kita lebih banyak mengandalakan kekuatan dan kepandaian kita sendiri, selain itu, kita juga berusaha untuk mencari kenyamanan. Akibatnya panggilan dan pewartaan kita menjadi kehilngan makna, karena yang kita ikuui adalah keinginana kita sendiri dan bukan kehendaka Allah.
Sperti Paulus, sebagai seorang pewarta kita seharusnya berani meninggalkan segala kebiasaan lama dan keinginan pribadi  kita. Menanggalakan segala kebiasaan lama dan menekan nafsu serta keingina pribadi berarti kita mengenakan semangat baru yang di dorong oleh semangat untuk memwartakan cinta Allah kepada orang lain lewat tindakan dan tutur kata. Menanggalkan kebiasaan lama dan menekan ego berarti juga membiarkan Allah berkarya dalam diri kita, dengan demikian, apapun tantangan yang kita hadapi, apapun cobaan yang menghadang, kita yakin bahwa kita pasti melewati semua itu karena apa yang kita kerjakan dan kita wartakan merupaka rancangan Allah sendiri.
Untuk itu,  agar kita juga semakin kuat dan mampu menjadi pewarta yang handal, maka marilah kita memohon kepada Allah Roh penghiburan seperti yang dikatakan dalam bacaan Injil hari ini agar senatiasa memampukan dan mengutakan kita menghadapi setiap tantangan dan cobaan yang menghadang.... Amin