Pewarta Sejati
Bacaan pertama
dari Kis mengisahkan perjuangan Paulus yang mewartakan kabar gembira kepada
bangsa-bngsa lain, di situ kita mendengar kisah Paulus bersama Silas yang
menyeberang dari Troas kemudian berlayar ke Samotrake, di mana pada keesokan
harinya mereka tiba di Neapolis, kemudian mereka pergi ke Filipi, kota pertama
dari Makedonia tempat perantauan orang Roma, selanjtnya dikatakan bahwa pada
hari Sabat mereka keluar dan menemukan tempat sembayang orang Yahudi, di mana
mereka juga kemudian bertemu dengan Lidia yang setelah mendengarkan Paulus
berbicara memberi dirinya dibaptis.
Perjalanan
dan perjuangan Paulus membawa orang kepada Kristus merupakan hasil dari
pengalaman mereka mengalami Kristus yang bangkit. Kebangkitan Kristus semakin meneguhkan dan menguatkan mereka,
sehingga pewartaan mereka membuahkan pertobatan, kendati dalam pewartaan
tersebut mereka menghadapi aneka perlawanan dan kesusahan serta tantangan yang
tidak sedikit.
Menjadi
pewarta adalah panggilan menjadi rekan sekerja Alllah.
Pewartaan kita menjadi medan, di mana orang lain mengalami secara konkrit kasih
dan kuasa Allah, dengan demikian kita telah membawa orang masuk ke dalamm
perjumpaan dengan Allah yang berbelas kasih.
Seperti Paulus dan para Rasul yang lain, menjadi rekan sekerja Allah,
berarti juga bahwa kita harus siap menderita karena ditolak dan dicibir orang
akibat pewartaan kita. Dua point di atas, yakni menjadi rekan sekerja dan siap
menderita demi itu seharsunya juga menjadi motivasi yang mendorong pewartaan
kita. Dan ini seharusnya sudah kita sadari sejak awal
keberadaan kita dalam konggregasi ini, yang mana kita siap ditus ke mana saja
Gereja dan konggregasi membutuhkan kita.
Namun
sangat disayangkan,
karena apa yang menjadi tujuan panggilan kita yakni menjadi rekan kerja Allah
yang siap menerima pertutusan di mana Gereja dan konggregasi membutukan
kita belum benar-benar tercapai atau belum benar-benar kita maknai.
Dalam keseharian kita sebagai orang-orang yang terpanggil
adakalanya kita lebih banyak mengandalakan kekuatan dan kepandaian kita
sendiri, selain itu, kita juga berusaha untuk mencari kenyamanan. Akibatnya
panggilan dan pewartaan kita menjadi kehilngan makna, karena yang kita ikuui
adalah keinginana kita sendiri dan bukan kehendaka Allah.
Sperti
Paulus, sebagai seorang pewarta kita seharusnya berani meninggalkan
segala kebiasaan lama dan keinginan pribadi kita. Menanggalakan segala kebiasaan lama dan
menekan nafsu serta keingina pribadi berarti kita mengenakan semangat baru yang
di dorong oleh semangat untuk memwartakan cinta Allah
kepada orang lain lewat tindakan dan tutur kata. Menanggalkan
kebiasaan lama dan menekan ego berarti juga membiarkan Allah berkarya dalam
diri kita, dengan demikian, apapun tantangan yang kita hadapi, apapun cobaan
yang menghadang, kita yakin bahwa kita pasti melewati semua itu karena apa yang
kita kerjakan dan kita wartakan merupaka rancangan Allah sendiri.
Untuk
itu, agar kita juga semakin kuat dan mampu menjadi pewarta yang handal, maka marilah
kita memohon kepada Allah Roh penghiburan seperti yang dikatakan dalam bacaan
Injil hari ini agar senatiasa memampukan dan mengutakan kita menghadapi setiap tantangan dan cobaan yang menghadang.... Amin